Sunday, May 07, 2006

Apakah Itu Da Vinci Code?

Novel Dan Brown, The Da Vinci Code telah mendapat sambutan hangat dari pembacanya. Sebanyak 40 juta cetakannya telah dijual serata dunia. Ron Howard dan Sony Pictures juga akan membawa cerita ini ke panggung wayang pada Mei 18, 2006.

Apakah yang kecoh sangat dengan novel ini?

Cerita dalam novel ini bermula dengan pembunuhan seorang pemelihara seni di muzium Louvre. Mangsa jenayah ini bukan sahaja berminat dengan seni tetapi juga mengetuai sebuah pertubuhan rahsia yang dipanggil the Priory of Sion. Pertubuhan ini mengawal rahsia, yang jika terbongkar, akan mencelakan iman Kristian alkitabiah.

Sebelum kematiannya, dia telah cuba memberikan rahsia ini kepada cucu perempuannya, Sophie, seorang kriptografi dan profesor Harvard, Robert Langdon dengan meninggalkan pelbagai petunjuk dengan harapan mereka dapat menemui kebenaran.

Apakah rahsia besar ini? Jawapannya: Lokasi dan identiti Holy Grail.

Tetapi dalam novel Brown, Holy Grail ini bukanlah cawan yang digunakan oleh Kristus sewaktu jamuan terakhirNya. Ia adalah Maria Magdalena, isteri Yesus Kristus, yang menyambungkan zuriat Kristus dengan melahirkan anak! Pertubuhan Priory of Sion mengawal rahsia lokasi makam Maria dan juga berkhidmat melindungi keturunan Yesus yang masih wujud pada hari ini!

Ada sesiapakah yang serius percaya cerita sebegini? Ada. Antara sebabnya adalah cara novel ini ditulis. Dalam muka surat yang tertera perkataan huruf besar “FAKTA”, Brown mendakwa, “Semua huraian mengenai kerja seni, seni bina, dokumen dan upacara rahsia dalam novel ini adalah tepat”. Pembaca biasa yang tiada pengetahuan khusus dalam bidang ini mungkin menganggap pernyataan ini benar. Tetapi sebaliknya ramai cendekiawan telah mendokumenkan pelbagai ketidaktepatan dalam dakwaan itu.

Brown juga ada caranya bagi mejadikan teori novel berkenaan Yesus dan gereja awal seakan-akan boleh dipercayai. Teori ini disokong oleh watak-watak terpelajar dalam novel, contohnya, sejarahwan diraja British, Leigh Teabing dan profesor Harvard, Robert Langdon. Kata-kata dari mulut watak-watak ini memberi tanggapan umum bahawa teori-teori mereka ini betul.



Siri 'blog' Agora ini bertujuan mengukuhkan iman dan melengkapi umat Kristian supaya bersaksi kepada mereka yang melihat filem atau membaca novel tersebut. Saya berharap artikel Probe yang diterjemahkan oleh sahabat Hawariyun di sini dapat menggalakkan anda untuk menyampaikan kebenaran kepada kawan anda serta ahli keluarga yang akan menonton dan membaca buku tersebut.

Pengenalan Kepada Novel/Filem The Da Vinci Code

Pernahkah Constantine mengubahsuai Al-kitab?

Adakah Kitab Injil Sumber Sejarah Yang Sahih?

Apakah Itu Dokumen-Dokumen Nag Hammadi?

Bagaimana Kanon Perjanjian Baru Dibentuk?

Siapakah Maria dari Magdalena?

Siapakah Maria Yang Sebenar?

Pernahkah Yesus Berkahwin? (Bahagian 1)

Pernahkah Yesus Berkahwin? (Bahagian 2)

Adakah Pengikut Awal Yesus Mengisytiharkan KeTuhananNya?


Kalau anda tahu sesiapa yang tertanya-tanya perihal isu-isu di atas, sila berkongsi maklumat ini dengan mereka! :)

27 comments:

Anonymous said...

gOOD STUFFS...! Kiriman anda sangat membantu mencerahkan kita dan mereka dalam milis.

Thanks and Jesus with us

Anonymous said...

Thanks for the Malay translations... it's very impressive. It will
certainly prove beneficial to our fellow East Malaysians who are often
forgotten. You might also have moderate Malay friends who might be
interested in this movie and topic as a whole. Seeing as the movie
refutes Christianity, they might very well engage in a discussion with
you just because it goes against Biblical claims. You can respond to
their questions in a friendly manner, and then tell them: "I don't have
all the answers, but you might be interested in reading this article
written in Malay... the article says it better than I can."

Not only friends, but there are numerous Malay researchers and
academicians interested in religion.. If the local universities
academics somehow pick up on these responses, it will be interesting to
see how they respond to it.

Anonymous said...

Saudara Daud,

Gua caya sama lu!!!

Puji Tuhan kerana usaha, semangat dan azam engkau demi kerajaanNya. Sungguh
menggalakkan.

Semoga Tuhan terus memberkati pelayanan Agora!


ps. Apa itu "bahang kerinduaan"?

Anonymous said...

Ada lagi

http://www.mangapulsagala.com/readarticle.php?article_id=133

Dave said...

Bahang kerinduaan = white-hot heat of desires :)

God is most glorified in us when we are most satisfied in Him...

Anonymous said...

FILM THE DA VINCI CODE


Buku The Da Vinci Code adalah buku populer dan diseluruh dunia sudah dicetak sebanyak 40 juta ditambah 6 juta paperback dan diterjemahkan ke dalam 44 bahasa saat ini. Cerita buku ini juga di’film’kan dan akan dirilis tanggal 19 Mei 2006 mendatang. Film itu dibintangi Tom Hanks sebagai Robert Langdon, ahli simbologi Harvard, dan Audry Tautou yang memerankan Sophie Neveu ditektif kriptolog dari Perancis.

Mengapa buku, dan tentunya diharapkan demikian juga filmnya, laris manis? Kelihatannya isinya menarik karena menyajikan sebuah novel yang sekaligus bersifat thriller, teka-teki, detektif, konspirasi, dan skandal. Lebih dari itu subjudul buku itu dalam terjemahan Indonesia diberi tulisan: ‘Memukau Nalar Mengguncang Iman!’ dan ‘Misteri Berbahaya di Balik Karya Leonardo Da Vinci,’ komentar-komentar yang tentu cukup provokatif.

Yang menarik dari fenomena cerita adalah bahwa buku itu memiliki kekuatan sihir yang luar biasa sehingga banyak pembaca langsung menganggap, yang di’klaim’ fiktif oleh Dan Brown penulisnya, sebagai kebenaran, bahkan tidak urung banyak tokoh pemikirpun begitu saja mempercayai yang ‘fiktif’ dari cerita itu sebagai ‘fakta’! Sebenarnya novel fiksi The Da Vinci Code bukan merupakan karya asli karena merupakan plagiat buku sebelumnya bernama ‘Holy Blood, Holy Grail’ (Termasuk sequelnya Trhe Messianic Legacy) karya Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln. Saat ini sedang berlangsung pengadilan di Inggeris antara kelompok penulis Holy Grail yang menuduh Dan Brown menyontek penelitian dan skenario yang ada dalam buku mereka.

Cerita tentang kurator museum ‘Louvre’ di Paris, Jacques Sauniere, yang terbunuh dan meninggalkan kode-kode rahasia yang ingin diberikan kepada Robert Langdon, ahli simbologi Harvard yang sedang berceramah di kota itu, dan cucunya Sophie Neveu, kriptolog, tentu merangsang pembaca untuk ingin tahu bagaimana pemecahan kode-kode itu. Apalagi kode-kode itu membonceng karya lukis seniman serba bisa Leonardo da Vinci.

Hal lain yang merupakan fiksi adalah diungkapkannya perkumpulan rahasia masa lalu bernama Priore de Sion (Biarawan Sion, Dan Brown menyebut ini fakta), juga menelanjangi praktek organisasi kaum awam Opus Dei dari lingkungan gereja Roma Katolik, bahkan gereja disebutnya sebagai penyebar kebohongan. Kasus organisasi para-militer The Templars yang kontroversial juga diketengahkan dalam cerita ini. Namun, yang paling kontroversial adalah bahwa Yesus dianggap diangkat menjadi Tuhan pada Konsili Nicea (325) dan diceritakannya skandal bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki keturunan di Perancis dan di Inggeris.Dan diplesetkannya legenda The Holy Grail (cawan perjamuan malam yang digunakan Yesus) yang bentuknya dianggap sebagai menunjuk rahim wanita yaitu rahim Maria Magdalena.

Aspek thriller diisi dengan skandal konspirasi oknum-oknum Opus Dei (yang dikatakan novel itu ingin memberangus jejak keturunan Yesus) melawan anggota-anggota Priore de Sion yang justru ingin melindungi rahasia dan keturunan darah Yesus dan Maria Magdalena. Maria Magdalena juga disebut rasul kepada rasul dan dianggap sebagai yang digambarkan berada disebelah kanan Yesus pada lukisan Leonardo bernama Last Supper.

Sebenarnya bagi yang terbiasa membaca bisa melihatnya sebagai fiksi apalagi Dan Brown penulisnya mengaku bahwa novel itu fiksi, dan di Epilog buku disebut semua itu hanya mimpi Langdon yang tidur selama 2 hari di kamar hotel Ritz di Paris. Tetapi yang menarik menjadi polemik adalah ucapan Langdon dalam ‘FAKTA’ di awal buku: ‘Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus dalam novel ini adalah akurat.’ Yang menjadi masalah, batas antara yang fiksi dan fakta adalah abu-abu sehingga banyak pembaca awam yang senang sensasi menganggap yang fiksi sebagai fakta, apalagi yang dikatakan Dan Brown sebagai fakta juga ada yang fiktif (misalnya keberadaan Priore de Sion yang tidak ada bukti sejarahnya).

Museum Louvre adalah fakta, tetapi peran Sauniere, Langdon, Sophie, Aringarosa, Silas, dan Teabing adalah fiksi. Leonardo dan lukisannya Manusia Vitruvian, Mona Lisa, dan Last Supper adalah fakta, tetapi menyebut lukisan-lukisan itu mengandung rahasia perempuan suci adalah fiksi. Lukisan Last Supper jelas merupakan gambaran Leonardo yang merinci peran murid-murid Yesus dengan mimik masing-masing. Di kanan kiri Yesus yang duduk terdekat adalah murid Yohanes dan Yakobus menggambarkan permintaan ibu mereka (Mat.20:20-21). Yohanes (dan Petrus) disuruh Yesus menyiapkan perjamuan, maka kalau tempatnya diganti Maria Magdalena dan Yohanes tidak ada itu fiksi.

Priore de Sion yang disebut perkumpulan rahasia yang faktual oleh Dan Brown sebenarnya fiksi karena organisasi demikian baru didaftarkan pada tahun 1956 oleh pendirinya Pierre de Plantard, yang kemudian berusaha mengarang cerita bahwa organisasi rahasia itu sudah ada jauh sebelumnya dengan membuat daftar anggotanya yang memasukkan nama-nama beken seperti Leonardo da Vinci, Isaac Newton, dan Victor Hugo. Piere Plantard sendiri kemudian membuat lagi daftar anggota Priore de Sion yang berbeda dengan yang pertama. Para peneliti bahkan pengadilan menyebut bahwa asal muasal Priore de Sion adalah kebohongan dan setelah terdesak akhirnya Pierre Plantard mengakui bahwa semua itu adalah kebohongan, apalagi cerita fiksinya yang menyebut Priore de Sion mengemban misi mengamankan keturunan darah Yesus dan Maria Magdalena. Ternyata yang disebut fakta oleh Dan Brown ada juga yang merupakan fiksi.

Konsili Nicea memang fakta, tetapi menyebut konsili itu memutuskan ke’Tuhan’an Yesus dan Kanonisasi Alkitab jelas adalah fiksi. Yesus sebagai Tuhan sudah disebut diseluruh Perjanjian Baru yang ditulis pada abad-1 (a.l. Yohanes 1:1;13:13; 20:28). Konsili Nicea khusus diadakan untuk membantah ajaran Arius yang menganggap ‘Yesus hanya manusia ciptaan yang lebih rendah dari Allah,’ suatu ajaran yang melawan kepercayaan yang sudah dipercayai oleh umat Kristen selama 3 abad sebelumnya.

The Holy Grail adalah legenda kalangan ksatria meja bundar Raja Arthur. Raja Arthur adalah fakta, namun legenda grail adalah fiksi, dan legenda Grail juga hanya menyebutnya sebagai cawan berkhasiat yang fiksi apalagi kalau sekarang di fiksikan lebih lanjut sebagai lambang rahim Maria Magdalena yang menurunkan anak bagi Yesus. Demikian juga The Templars memang fakta yang dibentuk seusai perang Salib-I (1095-99) yang ditujukan untuk melindungi para peziarah yang ke Yerusalem, dan karena praktek perbankannya yang maju, membuat iri Raja Philip IV dan Paus Clement V (1307), sehingga dituduh bidat dan dibubarkan. Tetapi, menyebut The Templars sebagai menyimpan petimati Maria Magdalena yang ditemukan di bawah Bait Allah Salomo jelas fiksi karena bagaimana bisa menjadi rahasia dan bagaimana tempat yang sehari-harian digunakan untuk ibadat Yahudi bisa digunakan mengubur orang Kristen?

Opus Dei memang fakta sejak tahun 1928 bahkan diangkat setara keuskupan (1982), tetapi menuduhnya sebagai mempraktekkan praktek ‘menyakiti tubuh’, ‘merendahkan wanita’, dan ‘terlibat skandal keuangan Vatikan’, apalagi dalam novel Dan Brown disebut sebagai otak pembunuhan-pembunuhan, kelihatannya bermisi tendensius untuk menjelek-jelekkan gereja Katolik Roma. Entah pengalaman tarumatis apa dialami Dan Brown sehingga sakit hatinya terhadap gereja itu dituangkan dengan menulis novel fiksi demikian. Sama halnya dengan organisasi Katolik lainnya yang memiliki anggota yang menjalankan disiplin dengan menyakiti diri, Opus Dei juga memiliki anggota semacam itu, tetapi dengan menganggap Opus Dei mempraktekkan semua itu merupakan generalisasi yang berlebihan dan bertendensi fitnah.

Dari belasan ceramah yang dihadiri ribuan orang mengenai topik ini, terasa sekali timbulnya pertanyaan-pertanyaan mengenai novel fiksi itu adalah karena pada umumnya banyak umat Kristen kurang belajar. Banyak yang kurang mengerti isi Alkitab dan juga kurang belajar sejarah dan pengajaran Kristen (apalagi yang sudah terbiasa menjadi kristen konsumtip yang mendambakan mujizat dan nubuatan) sehingga ketika kepada mereka disodorkan berita baru mereka bingung.

Umat Kristen tidak perlu bereaksi berlebihan menghadapi novel fiksi impian tokoh fiktif Robert Langdon yang ditulis Dan Brown itu, dan sekarang menjelang kehadiran filmnya digedung bioskop. Melarang justru makin melariskan buku dan film itu demikian juga menganjurkan bukan sesuatu yang bijak. Cukuplah umat Kristen meluruskan yang fiksi dengan mengemukan faktanya kepada mereka yang dibingungkan.

Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org

Anonymous said...

gue percaya tulisan Dan Brown cuma fiksi, seperti gue percaya bibble juga fiksi, bagaimana mungkin bible akurat kalau bible pertama yang gue tau berbahasa greek bukan bahasa ibrani yang dimengerti oleh pengikut Jesus yang notabene orang-orang Yahudi

Dave said...

Banon,

Adakah ia mustahil untuk orang 'ibrani' berbahasa Greek? Sememangnya, secara logik, ia boleh dilakukan sepertimana saya orang cina berbahasa Melayu atau Indonesia, kan? hehe...

Sesungguhnya, orang Ibrani mampu bertutur and menulis sejarah yang akurat dalam bahasa Grik sepertimana dilihat dalam tulisan-tulisan Josephus sebagai contoh...

Jadi, tidak wajar kita menganggap orang Ibrani berbahasa Grik itu hanya tau tulis cerpen saja!

Dave said...

Mengungkap "The Da Vinci Code"
Jakarta (NiasIsland.Com)



Mengungkap "The Da Vinci Code"
-------------------------------
Oleh Pdt Dr Ir Bambang Wijaya

THE Da Vinci Code adalah salah satu novel terlaris dekade ini, sejak diterbitkan
pada 2003, di seluruh dunia buku ini telah terjual lebih dari 40 juta copy! Bila
jumlah tersebut didistribusikan di seluruh Indonesia, sama dengan setiap rumah
tangga memiliki sebuah buku tersebut.

Buku ini tentu dapat berdampak pada pola pikir masyarakat. Dampak yang
diharapkan secara jelas dituliskan pada sampul depan edisi bahasa Indonesianya,
yaitu "memukau nalar, mengguncang iman!" Dampak yang dalam edisi bahasa Inggris
tidak dicantumkan ini, dapat semakin besar dengan tayangan versi layar lebarnya,
melalui film yang dibintangi Tom Hanks, aktor Hollywood yang sangat terkenal,
dan diluncurkan serempak di seluruh dunia pada 19 Mei 2006 ini.

Hujatan terhadap Iman Kristiani

Buku ini memang diharapkan untuk mengguncang iman karena novel ini, edisi bahasa
Indonesianya setebal 624 halaman, terang-terangan menghujat pokok-pokok iman
Kristiani. Berikut adalah hujatan tersebut yang merupakan pandangan si penulis:

1. Yesus bukanlah Tuhan, melainkan manusia biasa. Kaisar Konstantin dari
kerajaan Romawilah yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan, melalui konsili Nicea
pada tahun 325 demi kepentingan politiknya.

2. Kitab Perjanjian Baru yang digunakan oleh orang Kristen saat ini adalah
himpunan dari kitab-kitab yang disusun oleh Kaisar Konstantin melalui konsili
Nicea. Sedangkan kitab-kitab suci yang benar, yaitu yang digunakan oleh para
pengikut Yesus yang asli, justru dibakar berdasarkan putusan konsili tersebut
sebab berisikan "kebenaran" yang sesungguhnya, yaitu bahwa Yesus adalah seorang
manusia biasa dan bukan Tuhan.

3. Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan memiliki seorang putri. Maria
terpaksa harus mengungsi ke Prancis, berlindung di antara masyarakat Yahudi dan
melahirkan anaknya di sana. Hal ini antara lain dikarenakan rasul Petrus merasa
cemburu sebab Maria Magdalena, sebagai seorang perempuan, telah dipilih oleh
Yesus untuk menjadi kepala gereja.

Untuk mengemukakan hujatannya tersebut sang penulis dengan sangat licin telah
memadukan:
1. Cerita-cerita khayalan, fiksi
2. Fakta-fakta sejarah
3. Data yang tidak akurat dan tafsiran yang melenceng terhadap beberapa
fakta sejarah
4. Keyakinan teologisnya yang bersifat anti Kristen

Karena keempat hal tersebut dijalin rapi di dalam sebuah tulisan yang rancak dan
dengan setting cerita thriller yang menarik, menegangkan serta penuh kejutan,
maka dengan mudah orang terhanyut dalam alur cerita tanpa dapat membedakan fakta
dan fiksi. Akibatnya bagi yang tidak paham sejarah gereja dengan mudah akan
terperangkap kedalam jerat keyakinan teologis sang penulis. Bahkan, orang dapat
terbawa kepada ajaran sang penulis yang merupakan ajaran kafir, seperti
memandang hubungan seks bebas sebagai sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.

Ringkasan Plot Cerita

Buku ini diawali dengan pembunuhan terhadap Jacques Sauniere, kurator Museum
Louvre, di Paris, oleh Silas seorang biarawan berkulit albino, demi mendapat
rahasia batu kunci Priory of Sion, karena di situ termuat informasi tentang
letak Cawan Kudus (Holy Grail), yaitu cawan yang digunakan oleh Yesus dalam
perjamuan kudus terakhir bersama para murid-Nya. Sebelum meninggal Jacques
Sauniere sempat memberi petunjuk sandi yang mengakibatkan Robert Landon, ahli
ilmu simbol dari Universitas Harvard, ikut terlibat dalam kasus ini.

Robert Landon lalu bekerjasama dengan Sophie Neveu, ahli ilmu sandi pemerintah
Prancis, yang juga cucu perempuan Jacques Sauniere. Dalam upaya ini, keduanya
terus diburu oleh Kapten Bezu Fache, anggota reserse kriminal Prancis, dan
Silas. Kapten Bezu ingin mengungkap kasus pembunuhan, sedangkan Silas ditugasi
pemimpin Opus Dei, sebuah organisasi rahasia Gereja Katolik, demi menyelamatkan
Gereja Katolik.

Di tengah cerita, Robert Landon dan Sophie Neveu berjumpa Sir Leigh Teabing,
ilmuwan yang mendalami rahasia Cawan Kudus. Teabing memaparkan berbagai "rahasia
gereja", di antaranya: Yesus hanyalah manusia biasa yang menikah dengan Maria
Magdalena. Sehingga demi kepentingan politiknya Kaisar Romawi Konstantin
menetapkan Yesus sebagai Tuhan melalui sebuah konsili (sidang gereja) di kota
Nicea pada tahun 325. Dalam konsili tersebut diputuskan semua "kitab suci yang
benar", yang menyatakan Yesus manusia biasa, dilarang dan dibakar. Sedangkan
para "pengikut Yesus yang asli", yaitu mereka yang tak mempercayai ketuhanan
Yesus ditetapkan sebagai kaum bidat, dan harus dimusnahkan.

Lebih jauh Teabing menjelaskan Leonardo da Vinci, yang adalah anggota serikat
rahasia Priory of Sion, mengetahui rahasia pernikahan Yesus dengan Maria
Magdalena, sehingga tugas serikat ini menjaga rahasia itu. Namun Leonardo da
Vinci membocorkannya melalui lukisannya yang sangat terkenal, The Last Supper
(Perjamuan Malam yang Terakhir) yang melukiskan suasana perjamuan Paskah sebelum
Yesus ditangkap. Lukisan tersebut menyembunyikan beberapa kode yang menunjukkan
Maria Magdalena adalah istri Yesus.

Kode-kode tersebut diantaranya: tidak adanya gambar Cawan Suci pada lukisan
tersebut. Orang yang duduk di sebelah kanan Yesus, sesungguhnya adalah gambar
Maria Magdalena, bukan rasul Yohanes. Posisi tubuh Yesus dengan Maria Magdalena
di dalam lukisan tersebut membentuk huruf V, supaya orang yang mencari-cari
gambar Cawan Suci akan menangkap kode huruf V ini, mendapati sesungguhnya Maria
Magdalenalah Sang Cawan Suci yang mereka cari.
Huruf V merupakan simbol dari cawan yang juga simbol seorang perempuan, dan
Leonardo memakai Cawan Suci sebagai kode untuk memberitahukan Yesus menikah
dengan orang yang duduk di sebelah kanan-Nya, yaitu Maria Magdalena. Lukisan itu
juga ingin memberitahukan betapa bencinya rasul Petrus kepada Maria Magdalena,
sebab Maria telah dipercaya Yesus untuk memimpin gereja. Di situ dilukiskan
wajah Petrus penuh amarah dengan jari telunjuknya diarahkan ke leher Maria
Magdalena.

Teabing juga menjelaskan Gereja Katolik telah berkonspirasi menutupi fakta Yesus
hanya manusia biasa, dan Vatikan mengetahui kebohongan ajaran kalau Yesus
adalah Tuhan. Rahasia ini dijaga demi mempertahankan kekuasaan gereja.

Kejutan di akhir cerita, terungkap bahwa ternyata Teabing-lah tokoh kunci dalang
pencarian batu kunci Priory of Sion, dan bahwa Sophie Neveu adalah keturunan
Maria Magdalena dari perkawinannya dengan Yesus.

Fakta dan Fiksi

Seperti yang saya kemukakan di atas, Dan Brown, menulis novelnya dengan sangat
licin. Dia menjalin beberapa fakta dan fiksi, atau kisah khayal, sehingga orang
awam yang tak paham sejarah gereja sulit membedakannya. Akibatnya pembaca buku
tersebut dapat menganggap bagian-bagian fiksi sebagai fakta.

Pelbagai fakta yang disisipkan oleh Dan Brown dalam novel fiksi ini antara lain:

1. Detil ruangan Museum Louvre, tempat kisah ini dimulai, dan detil dari kapel
Rosslyn di Skotlandia, yang dikisahkan sebagai tempat disimpannya cawan suci.

2. Penyelenggaraan Konsili Nicea atas permintaan Kaisar Konstantin, yang juga
menetapkan bahwa para pengikut Arius yang tak mempercayai keilahian Yesus
sebagai bidat.

3. Kedangkalan kekristenan Kaisar Konstantin, sehingga misalkan ia hanya mau
dibaptis menjelang saat ajalnya, dan diserapnya beberapa praktik agama kafir ke
dalam kehidupan gereja khususnya sejak Kaisar Konstantin mengeluarkan edik
toleransi pada tahun 313. Edik toleransi ini memang pada satu sisi bersifat
positif bagi orang Kristen karena penganiayaan terhadap mereka dihentikan, namun
di sisi lain bersisi negatif sebab telah mengakibatkan gereja mengalami
kemerosotan spiritual sehingga terjerumus ke dalam abad-abad kegelapan.

4. Sebagian dari detil lukisan The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci yang
terdapat pada dinding gereja Santa Maria delle Grazie di kota Milan, Italia.

5. Serikat Piory of Sion dan Opus Dei yang memang ada dalam lingkup Gereja
Katolik. Hanya saja lembaga-lembaga tersebut didirikan bukan untuk melakukan
kegiatan rahasia seperti yang ditulis Dan Brown.

Di luar fakta tersebut bagian yang lain dari buku tersebut hanyalah fiksi,
khayalan Dan Brown. Data yang dikemukakannya tidak akurat, tafsirannya melenceng
dari fakta sesungguhnya. Namun karena gaya penyajiannya sangat meyakinkan, maka
pembaca yang tidak menggunakan nalarnya secara kritis akan menganggap itu semua
fakta yang benar. Pembaca seperti ini akan mudah terperangkap dalam alur pikir
Sophie, tokoh dalam novel ini, saat ia terpengaruh oleh ceramah Leigh Teabing,
yang sesungguhnya adalah indoktrinasi dari Dan Brown.

Sebaliknya apabila ketidakakuratan dan tafsir yang melenceng tersebut diungkap,
dan pada saat yang sama ditunnjukkan bagian fiksi novel tersebut, maka dengan
mudah pembaca yang berpikiran jernih dan obyektif dapat menangkap kelicinan dan
kesalahan pandangan Dan Brown, dan sekaligus akan melihat kebenaran pokok iman
Kristiani.

Kebenaran Konsili Nicea?

Jauh sebelum Konsili Nicea, yang digelar pada tahun 325, gereja pada zaman para
rasul atau gereja mula-mula telah mengajarkan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan ini
selaras dengan ajaran Yesus Kristus tentang diri-Nya kepada para murid-Nya
(lihat Injil Matius 16:13-20).
Beberapa bukti keyakinan gereja mula-mula ini dapat dilihat antara lain di dalam
kitab Didache (ditulis sebelum tahun 100), yang pada intinya mengajarkan tentang
praktika ibadah Kristiani dan dengan jelas menuliskan pokok iman Kristiani:
Yesus adalah Tuhan. Contoh yang lain adalah tulisan-tulisan Yustinus Martir,
bapa gereja dan apologet terkemuka pada awal abad kedua, yang dua abad sebelum
Konsili Nicea telah menegaskan keilahian Yesus Kristus.

Bukti lain adalah ajaran Uskup Irenaeus, dari Lungdunum, tokoh yang sangat
terpandang pada awal abad kedua, yang mengacu kepada tulisan dalam 1Korintus
8:6, yang berbunyi: "Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang
daripada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus."

Dengan kata lain, ajaran Yesus adalah Tuhan sama sekali bukanlah ide Kaisar
Konstantin yang dalam agenda politiknya bermaksud menyatukan kaum kafir dengan
pemeluk agama Kristen di negara Romawi, dengan mencampurkan ajaran kafir dan
Kristen melalui Konsili Nicea.
Diakui dalam Konsili Nicea dirumuskan syahadat atau pengakuan iman Kristiani,
namun isi pengakuan iman tersebut bukanlah pemasukan ajaran baru yang bersumber
dari ajaran kafir ke dalam ajaran Kristiani. Kredo yang dirumuskan itu merupakan
penegasan inti jaran Kristiani yang sudah ada tiga abad sebelumnya. Penegasan
ini dinilai perlu karena pada masa itu muncul ajaran baru yang dikembangkan oleh
Arius, seorang teolog dari Aleksandria, Mesir, yang menyangkali keilahian Yesus.

Dan Brown melalui mulut tokoh yang ia ciptakan, Teabing, berkata bahwa di dalam
Konsili Nicea telah diadakan pemungutan suara, untuk menentukan apakah Yesus
adalah Tuhan atau manusia. Ia mengatakan bahwa voting tersebut menghasilkan
suara yang hampir seimbang di antara pendukung dan penentang ajaran Yesus
sebagai Tuhan. Dalam realita sejarah, saat dilakukan pemungutan suara, dari tiga
ratus uskup yang hadir pada konsili tersebut hanya dua orang saja yang menentang
rumusan Pengakuan Iman Nicea. Jadi sungguh jauh dari yang disebut oleh Dan Brown
sebagai suara hampir seimbang! Padahal sebagian besar dari para uskup yang hadir
berasal dari wilayah Timur, tempat Arius menyebarkan ajarannya.

Konstantin Penyusun Perjanjian Baru?

Dan Brown sangat benar saat ia menulis bahwa "Alkitab tidak datang dengan cara
difaks dari surga." Sebab kekristenan tidak mengajarkan bahwa setiap kata dan
kalimat di dalam Alkitab didikte dari surga kepada para penulisnya. Tetapi Dan
Brown sangat keliru saat mengatakan Konstantin-lah penyusun dan yang memilih
kitab Injil mana yang boleh dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru melalui Konsili
Nicea. Menurut Brown, Konstantin telah memilih kitab-kitab yang membuat Yesus
seakan adalah Tuhan, sedangkan semua kitab Injil yang berbicara tentang segala
perilaku manusiawi Yesus dikumpulkan lalu dibakar.

Dan Brown keliru, karena ia menyembunyikan fakta sejarah bahwa sesungguhnya
daftar yang baku, atau kanon, dari kitab-kitab Perjanjian Baru sudah tersusun
dua abad sebelum Konsili Nicea. Salah satu kanon yang paling terkenal adalah
kanon Muratorian yang disusun pada tahun 190. Disitu dicantumkan dua puluh
sembilan kitab dan surat Perjanjian Baru, dua puluh tujuh kitab di antaranya
sama persis dengan kanon Kitab Perjanjian Baru yang ada saat ini, dengan dua
tambahan yaitu kitab Wahyu kepada Petrus dan kitab Hikmat Salomo. Pada masa
berikutnya para bapa gereja mengeluarkan kedua kitab tersebut dari kanon
Perjanjian Baru karena dipandang isinya tak setara dengan kitab-kitab kanonik.
Kanon lain adalah tulisan Irenaeus pada awal abad kedua, yang mendaftarkan
keempat Injil dalam Perjanjian Baru yang ada sekarang sebagai kitab suci.

Jadi, dalam Konsili Nicea tidak disusun kanon Perjanjian Baru, tetapi
diperdebatkan keabsahan dari beberapa kitab yang ada di dalam kanon Perjanjian
Baru, khususnya kitab Ibrani dan Wahyu. Alasan perdebatan tersebut karena pada
kedua kitab tersebut tidak dicantumkan nama sang penulis secara eksplisit
seperti pada kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya. Bagi para pemimpin gereja di
abad mula-mula kejelasan nama penulis kitab atau surat sangat menentukan demi
memastikan kekokohan dari kanon.

Lebih lanjut Dan Brown mengatakan kumpulan kitab-kitab Injil yang sejati yang
dicoba dimusnahkan oleh Kaisar Konstantin ada yang berhasil diselamatkan.
Kumpulan tersebut ditemukan kembali di Gua Qumran dekat Laut Mati pada tahun
1950-an, yaitu Dead Sea Scrolls, dan gulungan kitab di Nag Hammadi pada tahun
1945. Memang benar di kedua tempat itu ditemukan gulungan-gulungan kitab
tersebut, namun gulungan-gulungan tersebut bukan kitab Injil yang sejati!

Dead Sea Scrolls sama sekali tidak berisi sepotong pun kitab yang disebut
sebagai Injil, sebaliknya berisi fragmen-fragmen dari kitab-kitab Perjanjian
Lama yang isinya sangat persis dengan kitab Perjanjian Lama saat ini. Sehingga
ia justru membuktikan keakuratan isi kitab Perjanjian Lama dalam Alkitab. Dalam
Dead Sea Scrolls juga ditemukan catatan tentang aturan kehidupan kaum petapa
Essenes, suatu kelompok agama Yahudi sebelum masa agama Kristen.

Sedangkan isi kitab-kitab di dalam gulungan Nag Hammadi sangat jauh untuk dapat
dikatakan sebagai Injil yang sejati. Kitab-kitab tersebut disebut sebagai kitab
Gnostik, yakni aliran kebatinan yang mulai muncul di gereja sejak awal abad
kedua. Kitab-kitab dalam gulungan Nag Hammadi tersebut ditulis oleh pengikut
aliran ini pada akhir abad kedua sampai dengan abad kelima, bukan pada zaman
para rasul! Kitab-kitab tersebut berisi dongeng dan mitos khas kaum Gnostik,
mutu etikanya kelewat rendah dan sangat bertentangan dengan doktrin Perjanjian
Lama tentang pribadi Allah sebagai Pencipta Langit dan Bumi, sehingga oleh
gereja mula-mula pun sama sekali tidak dipandang sebagai kitab yang suci.

Yesus Menikah?

Kesimpulan Dan Brown ini tanpa bukti ilmiah, sebab tak satu pun naskah pada
zaman para rasul dan bapa-bapa gereja yang mencatat bahwa Yesus menikah. Namun,
untuk mendukung pernyataannya Dan Brown menggunakan tiga "bukti." Namun bila
diteliti tiga "bukti" itu dengan mudah terlihat sebagai kesimpulan yang gegabah.

"Bukti" pertamanya adalah lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Tanpa
dasar jelas ia mengatakan gambar orang berwajah halus, yang mirip wanita, duduk
di sebelah kanan Yesus di dalam lukisan tersebut adalah Maria Magdalena! Untuk
membuktikan pendapatnya bahwa Yesus menikahi "Maria Magdalena" tersebut, Dan
Brown menggunakan metode otak-atik gathuk, istilah bahasa Jawa yang berarti
"diotak-atik supaya jadi cocok." Dia mengotak-atik detil di dalam lukisan
tersebut sedemikian rupa supaya mendukung pernyataannya. Hanya saja ia tidak
menyebutkan suatu fakta dalam dunia seni bahwa para pelukis abad pertengahan,
yaitu zamannya Leonardo Da Vinci, seorang pria belia sering dilukis dengan wajah
feminim. Hal yang sama dilakukan Leonardo Da Vinci saat melukiskan wajah
Yohanes, murid Yesus Kristus yang termuda, dalam lukisan The Last Supper di
atas.

"Bukti" kedua yang ia gunakan adalah pendapatnya bahwa dalam kepantasan sosial
pada zaman Yesus Kristus, bahwa seorang lelaki Yahudi terlarang untuk tidak
menikah. Menurut Brown, dalam adat Yahudi tidak menikah adalah hal terkutuk.
Jelas pernyataan ini tidak berdasar, sebab merupakan fakta sejarah ada banyak
pria Yahudi pada zaman itu yang menjadi nazir, yang karena alasan keyakinan
keagamaan ada di antara mereka yang tidak menikah. Sebagai contoh adalah kaum
Essenes yang menyimpan gulungan kitab Dead Sea Scrolls di atas. Di samping itu
merupakan suatu fakta pula bahwa orang Yahudi sangat menghormati tokoh-tokoh di
dalam Perjanjian Lama yang tidak menikah, seperti nabi Daniel, yang adalah
seorang sida-sida Yahudi di negara Babilonia.

"Bukti" ketiga yang ia gunakan adalah Injil Philip yang menyebutkan bahwa Yesus
mencintai Maria Magdalena lebih dari pada seluruh murid-Nya dan Yesus sering
mencium Maria. Patut diketahui bahwa yang disebut sebagai Injil Philip
sesungguhnya sama sekali bukan kitab Injil, melainkan sebuah kitab Gnostik yang
ditulis sekitar pada abad ketiga. Kitab ini disebut sebagai Injil Philip bukan
karena ia ditulis oleh Rasul Filipus, tetapi karena di dalam kitab Gnostik
tersebut tidak disinggung nama rasul-rasul Tuhan Yesus yang lain, kecuali hanya
nama Rasul Filipus. Dan Brown juga tidak menyebutkan bahwa Injil Philip yang
ditemukan dalam gulungan Nag Hammadi tersebut tidak ditulis di dalam bahasa
Yunani ataupun berlatar belakang bahasa Yunani sebagaimana layaknya kitab-kitab
Perjanjian Baru, namun di dalam bahasa Koptik, yaitu bahasa Mesir dan dengan
latar belakang bahasa Siria!

Kesimpulan

Sejak gereja berdiri dua ribu tahun yang lampau serangan terhadap pokok-pokok
iman Kristiani tidak pernah berhenti. Serangan tersebut berasal dari kelompok
bidat di dalam gereja sendiri, maupun dari orang-orang yang tidak mempercayai
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia.Jadi, hujatan dalam buku The
Da Vinci Code bukan hal baru. Hanya saja kali ini hujatan ini menjadi meluas
karena ditunjang dengan sistem promosi dan pemasaran yang sangat canggih, yang
mendatangkan keuntungan finansial luar biasa bagi pihak penulis dan penerbit
buku ini. Di samping itu juga karena di wilayah-wilayah tertentu di dunia buku
ini dipopulerkan oleh pribadi-pribadi yang tidak menginginkan terbangunnya
kerukunan umat beragama di tengah masyarakat.

Mengapa orang Kristen tidak menanggapi hujatan di dalam buku The Da Vinci Code
dengan amarah yang membabi-buta dan berbuat keonaran? Hal ini bukan karena
mayoritas orang Kristen yang terdidik mengetahui bahwa Yesus memang seorang
manusia yang karena manuver politik Konstantin telah dijadikan Tuhan, sehingga
tidak mampu menjawab hujatan tersebut (seperti dikatakan Dan Brown di dalam
bukunya). Justru sebaliknya, orang Kristen yang berpikir obyektif, kritis dan
memahami metoda ilmiah yang masuk nalar serta mengetahui sejarah iman mereka,
akan dapat melihat hujatan di dalam novel The Da Vinci Code tersebut bersifat
fitnah murahan.

Di samping itu orang Kristen menghayati firman Tuhan bahwa "Janganlah membalas
kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian
dengan semua orang!" (Roma 12:17-18). Perilaku kasih ini bukanlah tanda
kelemahan, justru sebaliknya kemampuan untuk mengendalikan emosi secara dewasa
merupakan bukti dari buah Roh (Galatia 5:22) di dalam kehidupan orang yang hidup
di dalam anugerah Tuhan.

Di sisi yang lain, buku-buku seperti The Da Vinci Code harus membuat orang
Kristen lebih giat lagi membaca dan mempelajari Alkitab, memahami pokok-pokok
ajaran iman yang sehat, dan sejarah gereja dengan baik. Dengan demikian mereka
akan dapat "menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam
soal-soal pokok iman dan dalam ajaran sehat yang telah mereka ikuti selama ini."
(1Timotius 4:6), serta mampu menjawab setiap hujatan tersebut sesuai dengan
nasihat firman Tuhan: "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi
pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari
kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut
dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah
kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan
mereka itu." (1Petrus 3:15-16).

Anonymous said...

dear friend, why must we confused about the son of God Jesus??? about"da vinci code" its only a fiction and thats all not more than that. Look at Him, ask God thru His son Jesus to answer all your question in your mind..soon u will get the answer that God Jesus is trully God.We know that evil trying to leading us to the worse things thru diffrent medium...

pray and let god guide our mind.

God is good
servant or god.

Anonymous said...

Martin Basiang

"Now the Spirit expressly says that in latter times some will depart from the faith, giving heed to deceiving spirits and doctrines of demons, speaking lies in hypocricy ..."

Demikian pesan Rasul Paulus kepada Timotius, bahwa Roh dengan tegas mengatakan di waktu-waktu kemudian ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan, oleh keadaan munafik yang memberitakan dusta (vide-I Timo- tius 4:1-2).

Setelah membaca novel The Da Vinci Code dari penulis Dan Brown dan menyaksikan filmnya yang disadur dari novel tersebut oleh sutradara Ron Howard, saya mempunyai kesimpulan yang sama dengan Sdr Jaime Gomes (misionaris SVD di Argentina), ternyata dewasa ini masih ada "Yudas Iskariot", yang menjual Yesus seperti Yudas seharga "tiga puluh keping perak" kepada imam-imam kepala di Sanhendrin.

Dan Brawn dan Ron Howard melalui perusahaan Sony Columbia, meraup jutaan bahkan mungkin miliaran dolar dengan menjual Yesus yang dikemas dalam suatu cerita fiksi yang diklaim didukung fakta historis. Ternyata diramu dengan cara licik dan menyesatkan menggabungkan fakta dan fiksi (A seductively clover mix of fact and fiction).


" Holy Grail"

Menurut versi Dan Brown, yang disebut "Holy Grail" atau cawan minuman yang dipakai Yesus dalam Perjamuan Malam (Last Supper) sebelum disalibkan, adalah "sebetulnya" bukan cawan yang digunakan dalam perjamuan tersebut, tetapi "Holy Grail" adalah oknum Maria Magdalena yang menyandang garis keturunan Yesus dengan melahirkan anak.

Dan yang lebih parah lagi Brown mendasarkan kesimpulannya dari Dokumen Gnostic yang ditolak gereja karena dianggap ajaran sesat dari abad kedua, bahwa Yesus tidak hanya mengambil Maria Magdalena sebagai istrinya tetapi juga direncanakan untuk menugaskannya sebagai "penemu" dari gerejaNya (planned her the founder of His Church-hal. 254).

Alkitab dalam Perjanjian Baru yang ditulis atau diilhamkan ke- pada para saksi mata yaitu keempat penulis Injil menyangkut "cawan minuman" dan "Maria Magdalena", sangat bertentangan dengan kon- sep Brown dalam novel fiksinya tersebut.

Dalam Penetapan Perjamuan Malam yang tersebut dalam Injil Matius 26 :27-28 disebutkan:

"Sesudah itu Ia (Yesus) mengambil cawan, mengucapkan syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa ............."

Injil Markus dan Lukas menulis hal yang sama, dimana Yesus melambangkan anggur sebagai darahNya yang akan tercurah disalib untuk pengampunan dosa dan roti sebagai lambang tubuh Kristus yang diserahkan dalam kematianNya sebagai Korban Penebus dosa.

Sedang rasul Yohanes, yang selalu menyebut dirinya "murid yang dikasihiNya" (the disciple whom He loved) dalam Perjamuan terakhir, (The Last Supper) duduk dekat Yesus, dalam Karya Leonardo Da Vinci di tafsirkan bahwa itu bukan Yohanes tetapi Maria Magdalena.


Yang Dikasihi

Bukan hanya dalam peristiwa "The Last Supper", Yohanes menyebut dirinya "murid yang di-Kasihi Yesus", tetapi tercatat empat kali, yaitu ketika Yesus disalibkan, oleh Yohanes disebutkan: dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria istri Klopas dan Maria Magdalena, dan "murid yang di-Kasihi-Nya di samping ibu-Nya. (vide-Yoh.19:25-26).

Peristiwa ketiga pada saat kebangkitan Yesus, pagi-pagi benar Maria Magdalena ke kubur Yesus dan melihat batu telah diambil dari kubur, kemudian ia melapor kepada Petrus dan kepada "murid lain yang di-Kasihi Yesus" (vide-Yoh. 20:1-2).

Terakhir menutup kesaksiannya dalam Yohanes 21 bahwa "murid yang dikasihi Yesus" adalah dia sendiri, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, yang duduk dekat Yesus sewaktu perjamuan (vide-ayat 20, 24). Jadi jelas bukan Maria Magdalena yang duduk dekat Yesus sewaktu Perjamuan Terakhir.

Dan Brown juga menggambarkan adanya suatu kelompok orang-orang yang dirahasiakan (secret society) yang disebut Priory of Sion (Biarawan Sion) yang berabad-abad merahasiakan hubungan Yesus dengan Maria Magdalena dan mengklaim bahwa Leonardo Da Vinci dan Issac Newton termasuk anggota rahasia dari Priory of Sion tersebut.

Selanjutnya dia mendongengkan bahwa di dalam karya seni Leonardo Da Vinci meninggalkan petunjuk atau kode yang dibaca secara terbalik yang memberikan penjelasan berbeda tentang Kristus yang tidak sejalan dengan ajaran Alkitab. Karena menurut kode tersebut, Yesus hanya manusia biasa yang kawin dengan Maria Magdalena dan turunan terakhir ada di Prancis bernama Sophie Neveu atau St Clair, yang diuber-uber oleh kelompok Opus Dei dari sekte Katholik yang keras, dengan algojonya si Silas, untuk membungkamkan semua musuh-musuh secret society.

Memang pernah ada versi lain tentang The Priory of Sion namun tidak seperti secret society yang digambarkan Dan Brown, yang didirikan oleh Pierre Plantard (1920-2000) seorang Prancis anti Semitik yang pernah dipejarakan tahun 1953 karena penipuan (fraud). Pada tahun 1960-an hingga tahun 1970-an dia memalsukan beberapa dokumen untuk "membuktikan" adanya garis keturunan dari Yesus dan Maria Magdalena melalui raja-raja Prancis kepada Plantard, sehingga ia (Pierre Plantard) berhak menduduki tahta Perancis.

Mereka menyimpan "dokumen-dokumen" tersebut dipelbagai perpustakaan Perancis, termasuk di The National Library.

Akhirnya pada tahun 1993 Plantard mengaku di bawah sumpah di depan Hakim erancis bahwa dia telah memalsukan semua dokumen yang ada hubungannya dengan The Priory of Sion, sehingga mendapat peringatan keras dari hakim dan kemudian ia dibebaskan sebagai orang "sinting."

Namun Dan Brown memakai sebagian dari "dokumen palsu" Plantard untuk membenarkan argumentasinya yang bernama Les Dossiers Secrets d'Henry Lobinean. Dari bukti palsu (fraudulent evidence) yang direkayasa Dan Brown, sehingga dianggaplah tetap menjaga "kerahasiaan" Maria Magdalena (sumber: Dennis Fisher - Discovery Series).


Kebenaran di Atas Fiksi

Dan Brown telah merekayasa suatu sejarah alternatif yang menabrak kebenaran sejarah bahkan kebenaran Alkitab.

Hikayat dan kehidupan Maria Magdalena dalam Alkitab Perjanjian Baru sangat bertentangan dengan gambaran Dan Brown dalam cerita fiksinya.

Alkitab menggambarkan kehidupan Maria Magdalena sebagai seorang pendosa yang bertobat dan menjadi pengikut Yesus yang setia, pernah disembuhkan dari roh-roh jahat,jadi saksi penyaliban dan saksi pertama kebangkitan Yesus.

Pemutarbalikan sejarah (distortion of history) yang sangat signifikan dari Dan Brown adalah menyangkut sejarah hidup Kaisar Constantine, yang menurut dia adalah penyembah berhala seumur hidup (a life long pagan) yang dibaptis pada waktu sudah sekarat menjelang mati, sehingga terlalu lemah untuk menolak.

Sejarawan Erich S Gruen, dalam World Book - 2001 menjelaskan bahwa Kaisar Constantine (275-337) yang merupakan Kaisar Roma pada abad ke-empat, adalah kaisar pertama yang menjadi Kristen, dan selama pemerintahannya umat Kristen mendapatkan pengesahan.

Dialah yang membangun Katedral Kristen yang besar, Lateran Basilica di Roma dan beberapa gereja terkenal dekat Roma, Syria, Antioch, Constantinople dan Yerusalem. Pemutarbalikan fakta sejarah bahkan manipulasi terhadap kebenaran dan kekudusan Yesus oleh oknum-oknum yang "jual Yesus" hanya untuk meraih keuntungan besar, bagi umat yang mengakuiNya sebagai Juruselamat dan Nabi, tidak perlu gusar karena Yesus Kristus itu sendiri adalah Kebenaran (Yohanes. 14:6).

Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa melainkan supaya orang berbalik dan bertobat, termasuk Dan Brown.Cs. Ucapan Yesus disalib yang mengatakan "ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat", masih berlaku bagi mereka.


Penulis adalah mantan Direktur Politik/Ketua Clearing House-Interdep Pengawasan Barang Cetakan & Aliran Sesat Jamintel

Anonymous said...

Bacalah blog ni jugak:
http://blog.compactbyte.com/index.php?p=157

Anonymous said...

http://www.unitedfool.com/cms/arsip/2006/05/15/mengungkap_the_da_vinci_code_1.php

Anonymous said...

Siapakah yang membuat Meja..?
pastinya tukang kayu...
sampai dua juta abad lagi, sebuah meja tetaplah meja..dan tukang kayu tetap tukang kayu yaitu orang pandai kayu..
tidak mungkin meja menjadi tukang kayu apalagi tukang kayu di nubuatkan menjadi meja...

Anonymous said...

Apa maksud anda?

Anonymous said...

Fakta tentang Da vinci code
www.alkitab.or.id/biblika/faktaDC.htm

Anonymous said...

Penghinaan agama nasrani
http://www.hariansib.com/content/view/5548/37/

Anonymous said...

Hi, Silsilah Yesus ada dalam injil Matius dan Lukas. Ada memang beda antara keduanya. Saya nak Tanya. Apakah itu memang silsilah Yesus? atau itu adalah memang silsilah Yusuf? Dalam injil dan Al Qur'an dinyatakan behwa : Tiadalah Yusuf bersetubuh dengan Maria sebelum Yesus lahir. Dan Yesus (Isa putra Maryam) dilahirkan tanpa Bapak.

Anonymous said...

Trima kasih atas komen saudara.

Silsilah Yesus berbeza kerana matius melaporkannya dari talian darah Yusuf (walaupun bukan bapa dari segi biologi, beliau bapa angkat) dan Lukas melaporkan silsilah dari sebelah ibunya Maryam pula :)

Adalah penting Yusuf dibuktikan menpunyai keturunan dari nabi daud, supaya Yesus berhak menaiki takhta moyangnya itu sebagai Raja Israel.

Anonymous said...

Tn.Anak Katak,

Mana yang benar yang mengatakan bahwa silsilah Yesus diambil dari Maria Ibunya.
Matius atau Lukas, karena pada silsilah Matiuslah yang menyebutkan adanya nama Maria (Yacub mempunyai anak Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus) dan bukan pada silsilah Lukas. Apakah saya yang salah atau Tuan.

Anonymous said...

assalam... anon.

Matius ikut silsilah Yosef (bapa angkat Yesus), dan lukas ikut Mariam (ibu manusiannya), melalui anak Daud, Nathan. Bahasa Greek tiada perkataan untuk "son-in-law," dan Yosef dianggap anak Heli setelah kahwin dengan anak perempuannya. Dari kedua silsilah, Yesus mempunyai hubungan dengan raja Daud :)

Unknown said...

Dear Anak Katak,

Syukurlah tuan hanya mengatakan bahwa silsilah itu adalah untuk membuktikan bahwa Yusuf itu ketururunan Nabi Daud supaya Yesus berhak atas tahta moyangnya sebagai raja Israel. Dengan kata lain bahwa tuan ingin menyatakan bahwa itu adalah silsilah keturunan Yusuf dan bukan silsilah Yesus.

Kalaupun silsilah yang diambil dari ibunyapun tidak dapat dijadikan pegangan, karena tradisi bangsa Semit (Arab dan Israel) mengambil garis keturunan laki laki (bapak) dan bukan keturunan menurut garis perempuan (ibu). Karena Yesus lahir tanpa Bapak maka tidak ada silsilah yang dapat diberikan kepada Yesus. Tepatlah bila Al Qur'an hanya menyebut Yesus sebagai Isa Putra Maryam (Isa Ibnu Maryam).

Keturunan siapa Maryam itu boleh tuan lihat Lukas 1 ayat 5 dan 36 serta beberapa ayat di Al Qur'an.

Kedua silsilah yang dibuat oleh Lukas dan Matius itu tidak ada harganya untuk diberikan kepada Yesus.

Maaf ini adalah pendapat lain dari pendapat yang tuan anut. Silahkan terima atau tolak itu adalah hak tuan.

Salam

Anonymous said...

Hubungan Yesus-Maria Magdalena dalam Novel The Da Vinci Code
By gkjtpadmin
Rabu, 05-Juli-2006, 09:05:58 1493 clicks


oleh: Pdt. Agus Hendratmo, S.Si
Novel The Da Vinci Code (DVC) memang menarik. Sebagai novel memang asyik untuk dibaca. Terlepas dari fakta atau fiksi yang ada di dalamnya, setuju atau tidak terhadap fakta atau fiksi tersebut, novel ini sendiri tampil sangat menghibur bagi pencinta kisah-kisah ketegangan.


Pengantar

Novel The Da Vinci Code (DVC) memang menarik. Sebagai novel memang asyik untuk dibaca. Terlepas dari fakta atau fiksi yang ada di dalamnya, setuju atau tidak terhadap fakta atau fiksi tersebut, novel ini sendiri tampil sangat menghibur bagi pencinta kisah-kisah ketegangan. Tingkat ketegangannya tinggi, penggalan kisah di hampir setiap bab membawa pembaca untuk tertarik segera membaca bab berikutnya. Tidak mengherankan, hingga kini novel ini laris hingga 42 juta kopi. Belum terhitung, terjemahannya di berbagai bahasa, termasuk terjemahan Indonesia. Pertengahan bulan Mei lalu, film layar lebar yang berdasarkan pada novel ini diputar di Amerika dan negara-negara lainnya termasuk Indonesia. Novel ini bikin heboh tentu saja bukan sekedar gaya penulisannya, tetapi juga isinya. Setiap orang yang selesai membaca novel ini, sedikit banyak akan menyisakan ruang pertanyaan: mana yang fiksi mana yang fakta? Dan Brown sendiri, penulis novel ini, sengaja tidak membedakan dengan jelas. Ia hanya mengatakan di awal novel ini: Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen-dokumen dan ritus-ritus rahasia dalam novelnya adalah akurat.

Pengarang (author) novel ini adalah Dan Brown, meski demikian pandangan?pandangan yang kontroversial dalam novel ini tidak disampaikan oleh author-nya, melainkan oleh tokoh-tokoh dalam novel ini baik melalui Robert Langdon, Sophie Neveu, Leigh Teabing, dsb. Dalam membaca suatu novel, memang harus dibedakan antara author dan tokoh-tokoh dalam cerita.

Kode Leonardo Da Vinci

Rahasia apa yang tersimpan dalam lukisan-lukisan Leonardo Da Vinci menurut novel DVC ini ?

1. Lukisan: The Last Supper

Narator novel ini menceritakan ketika? Sophie melihat lukisan ini, tidak ditemukan lukisan cawan yang utama/tunggal/sesungguhnya. Setiap orang di meja itu memegang segelas anggur, termasuk Kristus sendiri. Tiga belas cawan. Dengan demikian tidak ada apa yang dipercayai oleh gereja sebagai Holy Grail. Holy Grail adalah cawan yang dianggap dipakai oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir sebelum disalibkan atau (dan) cawan yang dipakai untuk menampung darah Yesus selama penyaliban. Cerita tentang Cawan Kudus ini memang menjadi cerita besar pada abad pertengahan. Dalam novel ini, Teabing mengatakan bahwa sesungguhnya holy grail bukanlah sebuah benda. Holy grail adalah seseorang. Langdon menambahkan: seorang itu adalah perempuan. The Holy Grail memang muncul dalam lukisan ini, tetapi bukan cawan melainkan seorang perempuan.
Seseorang yang duduk di sebelah kanan Yesus adalah perempuan, bukan laki-laki. Sophie melihat tokoh tersebut berambut merah tergerai, kedua lengan lembutnya terlipat, dan dada yang membayang. ?Itu perempuan!? seru Sophie. Teabing menambahkan bahwa Leonardo ahli dalam membedakan jenis kelamin tokoh dalam lukisannya. Tentu saja pandangan ini berbeda dengan pandangan umum bahwa yang duduk di sebelah kanan Yesus adalah Yohanes.
Teabing berargumentasi bahwa jika gambar Yesus dan perempuan itu dilihat sebagai sebuah elemen komposisional daripada sebagai sosok manusia akan dapat dilihat bentuk lain yang lebih jelas, sebuah huruf alphabet, huruf M. Singkatan dari Matrimonio atau Maria Magdalena. Jadi perempuan yang disebelah kanan Yesus itu adalah Maria Magdalena.
Teabing mengatakan Yesus dan Maria berpakaian seperti pantulan mereka masing-masing. Sophie melihat kebenaran perkataan Teabing ini: Yesus mengenakan jubah merah dan mantel panjang biru. Maria mengenakan jubah biru dengan mantel merah.. Warna biru dan merah pada masa itu dilihat sebagai warna bangsawan. Teabing mengatakan Maria Magdalena adalah keturunan bangsawan Benyamin. Yesus juga berdarah bangsawan, keturunan Daud.?
Sophie melihat dalam lukisan Leonardo Da Vinci ini, ruang antara Yesus dan Maria membentuk simbol V. Ini adalah simbol cawan, menyerupai bentuk rahim perempuan, simbol yang berhubungan dengan dunia perempuan dan kesuburan. Teabing menambahkan: Legenda holy grail yang berbicara tentang cawan yang mewadahi darah Yesus, sebetulnya itu membicarakan tentang Maria Magdalena, rahim perempuan yang berisi garis keturunan bangsawan Yesus. Yesus tidak hanya menikah dengan Maria Magdalena, Dia juga seorang ayah. Maria Magdalena adalah holy grail tersebut, yang mewadahi garis keturunan bangsawan Yesus Kristus. Magdalena adalah rahim yang mengandung garis keturunan itu.
Sophie melihat dalam lukisan ini, terlihat Petrus mencondongkan tubuhnya, mengancam ke arah Maria Magdalena dan mengiriskan tangannya yang seakan pisau, yang seakan hendak menyembelih leher Maria. Dengan kata lain, terungkap ketidaksukaan Petrus terhadap Maria.
Jadi menurut novel ini,? bisa disimpulkan bahwa rahasia yang tersimpan di balik lukisan The Last Supper adalah Yesus dan Maria Magdalena sesungguhnya adalah pasangan suami dan isteri.

2. Lukisan: Mona Lisa

Langdon melihat ketidaksesuaian yang mencolok dalam lukisan Mona Lisa. Latar di belakang wajahnya tak seimbang. Da Vinci melukis garis horison pada sebelah kiri, jelas lebih rendah daripada yang disebelah kanan. Dari mata sejarah, konsep lelaki dan perempuan telah memberikan sisi-sisi: sisi kiri adalah perempuan, sisi kanan adalah lelaki. Karena Da Vinci adalah seorang yang menyukai prinsip keperempuanan, dia membuat Mona Lisa tampak lebih anggun dari sisi kiri, daripada sisi kanan. Mona Lisa ini bukanlah lelaki atau pun perempuan. Tetapi androgini, campuran antara keduanya. Analisa Mona Lisa serta potret diri Da Vinci dengan komputer, menguatkan beberapa titik kesamaan pada wajah mereka. Wajah Mona Lisa tidak hanya tampak androginis, tetapi namanya juga merupakan anagram dari kesatuan dewa-dewi. AMON L?ISA. Amon adalah dewa kesuburan lelaki bangsa Mesir. ISIS, yang piktogram kunonya pernah disebut LISA,adalah pasangan AMON, dewi kesuburan Mesir.

Jadi menurut novel ini,? bisa disimpulkan bahwa rahasia yang tersimpan di balik lukisan Mona Lisa adalah kesatuan dewa-dewi Amon dan Lisa sebagai gambaran kesatuan Yesus dan Maria.

3. Lukisan: Vitruvian Man

Lukisan Leonardo yang dianggap paling tepat secara anatomi pada zamannya. Lukisan ini mengingatkan Langdon pada pentakel, bintang bersudut lima. Pentakel adalah simbol religius untuk kaum pagan, kaum agamawan yang memuja alam, yang melihat dunia ini sebagai dua bagian lelaki dan perempuan. Dewa dan dewi mereka bekerja untuk menjaga keseimbangan kekuatan. Ketika lelaki dan perempuan seimbang, muncul harmoni di dunia ini. Ketika mereka tidak seimbang, muncul kekacauan. Pentakel ini mewakili bagian perempuan, sebagai perempuan suci/sacred feminine. Lukisan ini sungguh mencerminkan harmoni laki-laki perempuan ketika ditutup dengan sebuah lingkaran.

Sama seperti Mona Lisa, bisa disimpulkan bahwa menurut novel ini rahasia yang tersimpan di balik lukisan Vitruvian Man adalah kesatuan laki dan perempuan sebagai gambaran kesatuan Yesus dan Maria.

Mengapa Dalam Wujud Kode?

Leonardo Da Vinci, menurut Langdon, pernah menjadi Grand Master dari perkumpulan yang bernama: Prieure de Sion atau Priory of Sion, Biara Sion, dari tahun 1510-1519. Dalam sejarahnya, keanggotaan biara ini terdiri dari orang-orang penting. Misalnya: Sir Isaac Newton, Victor Hugo.

Biara Sion ini sendiri didirikan di Yerusalem pada tahun 1099 M. Tujuannya adalah untuk menjaga rahasia/dokumen-dokumen penting. Dokumen-dokumen ini terkenal dengan nama Sangreal. Sang Real secara harfiah berarti Darah Bangsawan. Dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa Yesus mempunyai keturunan.

Teabing menambahkan: Menurut Priory of Sion, Maria hamil pada saat penyaliban. Dengan bantuan dari Yusuf Arimatea, Maria pergi Ke Prancis. Di sana dia mendapat tempat berlindung yang aman di komunitas Yahudi di sana. Di Prancis inilah, dia melahirkan seorang bayi perempuan, namanya Sarah. Oleh komunitas Yahudi ini, kehidupan Maria dan Sarah dicatat dengan cermat, mengingat mereka termasuk keturunan bangsawan. Bahkan ada pohon silsilah Yesus Kristus, yang diakui sebagai salah satu dari dasar dokumen Sangreal.

Priory of Sion selama bertahun-tahun telah menjaga dokumen Sangreal dan makam Maria Magdalena, serta memelihara dan melindungi garis keturunan Kristus. Garis keturunan Kristus ini dikenal sebagai garis keturunan Merovingian. Merovingian adalah pendiri Paris.

Menurut Teabing, gereja berusaha menutup-nutupi hal ini. Bagi gereja, seorang anak Kristus akan merusak pikiran tentang Ketuhanan Kristus, dan pikiran yang menyatakan bahwa gereja adalah satu-satunya bahtera yang memungkinkan manusia berhubungan dengan Tuhan dan masuk ke Sorga. Oleh karena itu gereja berupaya untuk mengumpulkan dan menghancurkan informasi. Pada hari jumat, tanggal 13 Oktober 1307, Paus Clement V menyuruh menyiksa dan membakar pada tiang gantungan, para The Knight Templar, yang menjaga dokumen Sangreal. Dagobert II, seorang raja Merovingian ditusuk oleh matanya ketika sedang tidur. Dibunuh atas konspirasi dengan Vatikan. Gereja juga mengabadikan profil Maria sebagai pelacur dan menguburkan bukti-bukti pernikahan Kristus dengan perempuan itu. Sampai sekarang ini, hanya dua keturunan langsung dari Merovingian yang tersisa. Nama keluarga mereka adalah Plantard dan Saint-Clair. Kedua keluarga itu hidup bersembunyi dilindungi oleh Priory.

Jika dokumen-dukumen ini ditemukan, menurut Teabing, Vatikan akan menghadapi krisis kepercayaan yang tak dapat diteladani selama sejarah dua milenium. Gereja dan Priory telah saling tahu sama tahu selama bertahun-tahun. Yaitu, Gereja tidak menyerang priory, dan Priory tetap menyembunyikan dokumen Sangreal. Sejak zaman Konstantin, Gereja telah berhasil menyembunyikan kebenaran tentang Maria Magdalena dan Yesus.

Dari latar belakang semacam inilah, kita bisa tahu, menurut novel ini, mengapa Leonardo Da Vinci harus menciptakan kode-kode dalam lukisannya untuk memelihara rahasia hubungan suami-isteri Yesus dan Maria tanpa sepengetahuan Gereja.

Fakta atau Fiksi?

Ada banyak pakar yang menanggapi novel ini. Ada yang emosional, ada juga yang ilmiah. Ada yang pro, ada juga yang kontra.

Di sini akan saya paparkan beberapa tanggapan kontra yang ada:

Pertanyaaan yang mengusik adalah: jikalau dalam lukisan The Last Supper, ada Maria Magdalena, lalu di manakah gambar Rasul Yohanes berada? Dalam dunia lukisan Leonardo, tidak aneh sosok laki-laki mirip perempuan, tanpa harus menganggap itu perempuan. Lukisan Leonardo tentang Yohanes Pembaptis juga mirip seperti Yohanes murid Yesus ini. Dalam lukisannya, Saint John The Baptist, tampak jelas Yohanes digambarkan begitu feminim, seperti perempuan. Leonardo juga memakai obyek perempuan untuk menggambar Uriel, malaikat laki-laki, dalam lukisannya The Virgin of The Rocks.
Nama Inggris Mona Lisa sebenarnya baru dikenal kemudian. Karena Leonardo adalah orang Italia, ia memberikan nama Italia pada lukisan ini: La Gioconda, dalam bahasa Prancis terkenal dengan nama: La Jaconde, yang keduanya berarti wanita yang suka kelucuan. Nama Inggris Mona Lisa pun sebenarnya penciutan dari nama asli perempuan yang digambar tersebut: madonna (tuan putriku) Lisa Gherardini, isteri dari Francesco del Giocondo.
Dalam lukisan Vitruvian Man, lingkaran dimaknai sebagai feminin, sehingga tercipta harmoni antara laki-laki dan perempuan, tetapi apa makna kotak dalam lingkaran tersebut? Mestinya tidak hanya lingkaran yang punya makna, tetapi kotak itu juga
Memang pernah ada Ordo Sion dari tahun 1090-1188, tetapi tidak ada kesamaan dengan Biara Sion dalam novel ini. Legenda Biara Sion sendiri diciptakan oleh Plantard, pada tahun 1950-an, sebagai upaya untuk memperlihatkan bahwa dialah Raja Prancis yang tidak dinobatkan.
Dalam novel ini, diceritakan Paus berada di balik kehancuran The Knight Templar. Sebenarnya, Philip, raja Prancis, yang membujuk penangkapan para ksatria Templar ini, tanpa sepengetahuan Paus. Begitu Paus Clement V mengetahui apa yang telah terjadi, dia menegur Philip dan membatalkan hukuman serta mencabut kekuasaan para uskup yang terlibat.
Memang pada waktu itu ada anak yang bernama Sarah. Meski demikian Sarah bukanlah anak Yesus dengan Maria Magdalena, tetapi anak Maria saudari Marta dan Lazarus. Maria menikah dengan Yakobus, saudara Yesus. Maria dan Yakobus ini amat dicari oleh penguasa Romawi, karena mereka termasuk keturunan bangsawan, Maria dari raja Saul, Marta dari Raja Daud. Setelah Yakobus terbunuh, Lazarus dan Maria serta Sarah pergi dari Yerusalem dan mendarat di Prancis. Untuk melindungi keluarga dari keturunan Yakub ini, disebarkan berita bahwa Maria Magdalenalah yang melarikan diri tersebut, Maria dan putrinya Sarah dikabarkan telah meninggal dalam kerusuhan yang terjadi di Yerusalem. Disebarkan pula isu, Sarah adalah anak Maria Magdalena dengan Yesus.
Yang terakhir, gagasan bahwa Yesus menikah sama sekali tidak ada dalam Injil-Injil kanonik, bahkan juga Injil-Injil Gnostik. Jadi usaha menafsirkan lukisan The last Supper sebagai kode tersembunyi bahwa Yesus menikah, seperti dalam novel The da Vinci Code, adalah usaha berani yang sebenarnya hanya mencocok-cocokkan dengan sistem keyakinan yang telah ada dan dibangun sebelumnya.
Dalam novel ini, Teabing berargumentasi bahwa Yesus dan Maria adalah pasangan suami isteri, tidak melalui Injil-Injil Kanonik, tetapi melalui Injil kaum Gnostik. Ia mengutip Injil Filipus: Dan pendamping Sang Juru Selamat adalah Maria Magdalena. Kristus mencintainya lebih daripada cintaNya kepada seluruh muridNya, dan Yesus sering menciumnya di mulut. Teabing berargumentasi, dalam bahasa Aram, kata pendamping secara harfiah berarti pasangan hidup.

Argumentasi Teabing juga sangat lemah. Benar bahwa dalam bahasa Aram, pendamping berarti pasangan hidup, tetapi Injil Filipus tidak ditulis dalam bahasa Aram, melainkan koptik, yang maknanya sama sekali berbeda dengan bahasa Aram.

Frasa Yesus sering menciumnya di mulut, teks asli yang ditemukan hanya: Yesus sering menciumnya di?, sehingga dapat saja diisi kata dalam bahasa koptik yang artinya, kepala atau tangan atau pipi. Kita tidak tahu dengan pasti kata apa yang ada. Bahkan andai diisi dengan mulut, justru akan bertentangan sekali dengan jiwa Gnostik yang sangat asketis dan tidak menganjurkan perkawinan.

Sumber : Pdt. Agus Hendratmo S.Si, www.gkjnehemia.org

Anonymous said...

Saya merasa punya teman berolok-olok setelah membaca Agora ini. Bayangkan! Yesus menikah. Bila ya, maka kerajaanNya akan segera menjadi kerajaan dunia. Dimana enaknya kita membangun istanaNya? Tak mungkin kalah dengan Buckingham milik Dinasti Windsor.Atau mungkin saya akan melamar paling tidak menjadi tukang cuci atau tukang kuda Putra MahkotaNya. Saya kira, Brown sangat mencintai Yesus sehingga khawatir dengan kesehatanNya apabila Dia tak pernah sekalipun mengenal wanita sebagai istri. Lagipula, seandainya Yesus punya seorang anak, so what gitu lho? Apakah mereka akan lebih tinggi dari kita semua? Anak - anak Allah? Bahkan Dia telah mencela orang Yahudi yang merasa lebih mulia dari bangsa lain dengan mengatakan bahwa bila berkehendak, Tuhanpun dapat mengeluarkan anak - anak dari batu - batu. Da Vinci Code kurang menantang sebagai thriller daripada ovel Agatha Christie, bagi saya.

Anonymous said...

Im just a scientist...

komentar saya bukan untuk menghakimi agama tapi sebagai cerminan pra peneliti.


Bagai mana anda percaya pada isi kitab agama ? jaman dahulu tidak ada yg namanya cross cek, penulisan data, rekaman wawancara dsb.

Seandainya pun ada orang yg mengatakan INI ADALAH SISA TULANG MARIA MAGDALENA, komentar saya adalah : sekalipun di tes DNA, lalu pembandingnya DNA siapa ? jadi menurut saya hal tsb itu tidak perlu di pusingkan.

Mengenai Yesus adalah tuhan (maaf) menurut saya beliau adalah manusia, seorang rasul, karena hanya TUHAN saja yg mampu menciptakan sesuatu (etc. mahluk hidup dan jagad raya) yg mana yesus tidak mampu menciptakan seekor lalat saja.

Lalu mengenai Bunda yg masih perawan lalu melahirkan, di dalam istilah biology sudah ada penjelasannya tuh coba deh buka² lagi kita smua sudah belajar di klas 2 SMA mengenai perkawinan silang mahluk hidup khususnya hewan
(karena manusia adalah bentuk sempurna tertinggi dari hewan mamalia)

jadi tidak usah memikirkan bahwa hal tsb fakta.
Dan Brown menulis itu siapa yg tau kl cuma untuk gaya²an.

Misal saya menulis buku di cover ddepannya saya tulis FAKTA YG PALING FAKTA lalu isinya menjelaskan para rasul (yesus, muhammad, ibrahim dll) hidup lebih dari 300 tahun dan bisa mengubah besi menjadi emas...lalu kalian para pembaca mau bertanya untuk membuktikan hal tsb kemana ?

Hedonese said...

Terima kasih atas komentar saudara scientist! Orang zaman dahulu tiada rakaman video, tapi siapa kata segala rakaman dalam youtube itu benar semata-mata? Hehe... itu kriteria kesahihan yg tidak muklak. Saya pernah tengok rakaman 'UFO' dlm youtube yang sebenarnya special effect CGI!

Rekod sejarah dalam injil sebenarnya ada 'cross check'. Lihat kata kata mula dalam Injil Lukas

"Banyak orang telah berusaha bersungguh-sungguh untuk mengisahkan peristiwa-peristiwa yang berlaku di kalangan kita. 2 Mereka telah mencatat apa yang telah diberitahu kepada kita oleh mereka yang menyaksikan peristiwa-peristiwa ini daripada mulanya dan telah mengisytiharkan perkhabaran itu. 3 Oleh itu, Teofilus, kerana saya telah mengkaji perkara-perkara ini daripada mulanya, saya berfikir eloklah saya mengarang ceritanya dengan teratur untuk Tuan. 4 Saya berbuat demikian supaya Tuan akan mengetahui kebenaran yang sepenuhnya tentang perkara-perkara yang telah diajarkan kepada Tuan."

Lukas berusaha mengkaji dan mewawancara saksi saksi seperti journalist hari ini juga.

Saya setuju kata anda tentang DNA Maria Magdalena :)

Mengenai Yesus adalah tuhan, pada pendapat saya, ini soal metafizik dan bukan soal biologi atau sains. Eksperimen macam mana yang boleh membuktikan atau memalsukannya? Tiada...

Saya juga setuju hanya TUHAN saja yg mampu menciptakan sesuatu (etc. mahluk hidup dan jagad raya). Tetapi kepercayaan ini tidak semestinya menolak tesis bahawa Yesus adalah TUHAN sendiri sebagai inkarnasi manusia.

Tidak logik kalau kita menolak kemungkinan Clark Kent adalah Superman kerana dia bercermin mata dan seolah olah tidak mampu terbang, bukan? :D

stenote said...

Artikel menarik... Berbagi wawancara dengan Leonardo da Vinci (imajiner) di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2018/03/wawancara-dengan-leonardo.html